Banner 468 x 60px

 

Sunday, March 25, 2018

0 comments
Bung Tomo : Dari Kuli Tinta Menuju Palagan Surabaya

Bung Tomo yang lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920 merupakan salah satu pahlawan nasional yang lebih dikenal sebagai orator ulung dalam revolusi fisik 1945-1949. Baru saja ulang tahun ternyata . Akan tetapi, ternyata sosok ini juga banyak bergelut dalam dunia literasi. Bahkan, namanya yg masuk dalam jajaran militer dan pernah dilantik oleh Soekarno sebagai Mayor Jenderal dalam tubuh Angkatan Darat, sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan militer
Bung Tomo lebih akrab pada dunia literasi
Mengenyam pendidikan HIS di Surabaya pada usia 7 tahun dan berlanjut pada jenjang MULO ( setara SMP) pada usia 12 tahun. Pada usia inilah, Bung Tomo yang besar di kampung Blauran mulai mengasah pemikiran kritis yang ia miliki. Melihat langsung dengan mata dan kepala, bagaimana imbas Pendudukan kolonial bagi rakyat kecil di Kota Surabaya, Bung Tomo mulai menuangkannya dalam tulisan-tulisan sederhana. Ingat, pada usia 12 tahun, sungguh usia yang masih belia. Pengalaman rupanya juga menjadi faktor penting yang membentuk pribadi Bung Tomo. Pengalaman hidup yg begitu erat dan dekat dengan rakyat kecil, kerap mewarnai karya yg dihasilkannya. Pada 1937, Soetomo muda mulai menjejaki karir sebagai wartawan professional. Dan Soeara Oemoem, sebuah koran lokal di Surabaya menjadi ajang baginya mengasah bakat sebagai kuli tinta. Tulisan Bung Tomo dikenal tajam dalam mengkritisi kebijakan pemimpin, bahkan hal ini ia bawa hingga masa kemerdekaan. Tulisan-tulisannya dengan cepat melambungkan nama Soetomo, arek Blauran, di kancah lokal
Namanya mulai diperhitungkan
Dan pada 1938, menjadi redaktur dalam mingguan Pembela Rakjat. Jejak ini semakin melambungkan namanya, hingga beberapa redaktur di Yogyakarta memilihnya sebagai koresponden berita untuk wilayah Jawa bagian Timur. Bung Tomo juga pernah berkiprah di koran Ekspres dengan tulisan-tulisan berbahasa Jawa dengan menyerukan perjuangan bagi rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan demi menghindari sensor ketat yang dilakukan oleh pihak Belanda
Setelah Belanda jatuh, dan Jepang berkuasa, Bung Tomo melanjutkan kiprah sbagai wartawan pada kantor berita Domei. Bersama beberapa pemuda lain, Bung Tomo turut berperan dalam menyebar luaskan berita kekalahan Jepang dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, berdasar catatan Sulistina Soetomo, istrinya, Bung Tomo masih terus melanjutkan kiprah pada dunia literasi. Dengan menjadi pemimpin kantor berita Antara hingga mendirikan kursus jurnalistik dan sebuah penerbitan bernama Balapan di Kota Malang
Dari penerbitan inilah, lahir buku karyanya yg pasti menjadi rujukan dalam mengkaji peristiwa Pertempuran 10 Nopember di Surabaya. Dan membahas nama ini tentu tidak lengkap tanpa memperbincangkan pertempuran Surabaya

Hal penting yang saya dapati dari petualangan pustaka saya soal Bung Tomo ialah, ia tidak hanya bergerak atau berjuang melalui ide, namun juga aksi sebagai perwujudan dari gagasan-gagasannya..namun , kita ternyata lebih banyak mengenalnya sebagai seorang pejuang dalam revolusi fisik..baik perannya sebagai orator pada perang 10 Nov, maupun komandan dalam gerilya di gunung Wilis pada masa agresi militer Belanda. Padahal karyanya dalam dunia literasi sungguh menarik, kaya, tegas, dan romantis..
Dari seorang Bung Tomo kita bisa belajar bahwa , siapapun diri kita, apapun bakat yg kita punya, cara terbaik untuk mensyukurinya ialah mengembangkan bakat tersebut ke arah yang bermanfaat bagi banyak orang..ide dan gagasan hanya akan menguap tanpa tindakan, dan bakat selamanya hanya akan terpendam bila tidak kita gali dan maksimalkan..

Dikutip dari : diskusi online Indonesia.






















0 comments:

Post a Comment